Setiap orang mempunyai cita-cita masing-masing, ada
yang ingin menjadi dokter, polisi, pilot guru dan lainnya. Untuk mewujudkan
cita-cita tersebut kita membutuhkan usaha yang teguh untuk dapat mewujudkannya.
Dari kecil saya ingin sekali menjadi seorang dokter gigi. Cita – cita saya dari
kecil hingga sekarang itu tidak berubah, ingin menjadi dokter gigi. Ditambah
lagi kakak saya yang seorang dokter yang membuat saya bersemangat untuk
mewujudkannya.
Kelas 3 SMA saya les di salah satu bimbingan les
yang menyediakan program khusus mempersiapkan SBMPTN. Setahun penuh saya
belajar khusus untuk masuk ke jurusan yang saya cita-cita kan dari kecil.
Seperti yang kalian tahu, sebelum adanya SBMPTN, ada jalur SNMPTN. Saya mendaftar
di 3 PTN yang saya inginkan sekali walaupun semuanya bukan jurusan fkg, dengan
harapan saya bisa masuk ke PTN tanpa harus mengikuti test ujian SBMPTN.
Bagi yang belum mengetahui apa itu SNMPTN dan
SBMPTN. SNMPTN adalah Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Seleksi
pada SNMPTN adalah berdasarkan nilai rapor, prestasi siswa selama di sekolah
tersebut. Namun ada juga penilaian yang lainnya yaitu dari indeks sekolah,
prestasi alumninya dan lainnya. Disini kita tidak perlu di test lagi. Untuk
siswa siswi yang baru saja masuk SMA. Jangan terlalu santai menghadapi ini.
Dengan pikiran “ah masih lama”, karena rapot yang dilihat untuk seleksi SNMPTN
ini adalah dari semester 1. Siapa yang tidak mau masuk ke PTN tanpa harus di
test lagi. Rajinlah dari sekarang agar tidak menyesal.
SBMPTN adalah Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri. Berbeda dengan SNMPTN yang tidak di test lagi, kalau di SBMPTN kita
harus test dulu. Seleksinya adalah menggunakan nilai ujian yang dilakukan
serentak pada hari itu juga se Indonesia. SBMPTN harus dipersiapkan dengan
matang, materi yang diujikan juga lebih dalam. Untuk penilaiannya pun berbeda
dengan UN, SBMPTN menerapkan penilaian Benar + 4, salah -1, tidak diisi 0. Ada
3 jenis kelompok ujian yaitu Saintek, Soshum dan juga Campuran (saintek dan
soshum)
Tiba di hari pengumuman SNMPTN, deg-degan pun tidak
terhindarkan. Begitu melihat pengumuman yang ada di internet, saya gagal masuk
PTN melalui SNMPTN. Sedih? Tentu, kecewa? Tentu saja siapa yang tidak kecewa,
kenapa? Karena itu artinya perjuangan saya masih jauh, masih harus menghadapi
SBMPTN dan UM lainnya.
Setelah UN selesai, saya les 5 hari dalam seminggu
hanya untuk mempersiapkan seleksi tersebut.
Belajar yang tekun supaya masuk ke FKG. Sampai akhirnya pada hari H,
hari yang menjadi penentuan saya masuk atau tidaknya ke PTN yang telah saya
pilih. Belajar dan berdoa yang saya lakukan setiap hari agar lolos seleksi
tersebut.
Saya mengerjakan dengan tenang dan juga hati hati
sesuai teknik yang sudah diajarkan. Antara lega dan masih deg-degan setelah
ujian tersebut selesai. Saya ambil ujian yang SAINTEK, ujiannya itu terdiri
dari saintek (ipa) dan tes kemampuan dan potensi akademik. Setelah ujian apakah
saya bisa tenang dan bersantai-santai? Tentu saja tidak. Saya harus mendaftar ujian
mandiri sebagai alternatif apabila saya tidak masuk lewat PTN. Ujian mandiri
adalah ujian/seleksi masuk PTN yang diadakan masing-masing PTN. Saya harus
tetap belajar dan berdoa. Harapan saya pada saat itu hanyalah masuk lewat
SBMPTN. Selama menunggu pengumuman seleksi tersebut saya mengikuti ujian
mandiri, tentunya dengan serius tidak main main.
Sampai akhirnya semua ujian mandiri sudah saya
lalui, yang saya lakukan selanjutnya hanyalah berdoa supaya ada yang ‘nyangkut’
dari ujian ujian tersebut. Sampai akhirnya pengumuman yang pertama adalah
pengumuman sbmptn, pas saya buka hasilnya ternyata GAGAL. Setelah melihat
hasilnya saya langsung nangis, sedih sekali rasanya. Pengumuman selanjutnya
adalah ujian mandiri di salah satu PTN di Jakarta, hasilnya juga GAGAL. Tidak lama
dari pengumuman UM yang pertama, selanjutnya adalah pengumuman UM yang ada di
salah satu PTN yang ada di Bandung, hasilnya GAGAL juga. Jelas cita-cita saya
sudah tidak tercapai. Harapan saya yang di UM terakhir pun GAGAL. Rasanya sedih
sekali tidak dapat membantu meringankan beban orang tua dengan kuliah di PTN.
Akhirnya saya memilih Universitas Gunadarma jurusan
Psikologi. Saya tidak mampu apabila masuk ke FKG pts. Seperti yang kita tahu
biaya untuk FKG pts itu tidak sedikit. Orang tua saya tidak mampu untuk
membayarnya. Akhirnya saya memilih UG, selain karena dekat dari rumah,
Akreditasinya pun bagus, saya sudah mencari infonya terlebih dahulu.
Tentu saja saya sedih karena saya tidak dapat masuk
ke jurusan yang saya idam-idamkan maupun ptn. Sedih kecewa menjadi satu, merasa
bahwa diri saya itu bodoh. Tapi lama kelamaan kelamaan saya berpikir buat apa
saya sedih terlalu lama. Saya sadar bahwa buat masuk ke PTN itu butuh
perjuangan yang sangat besar. Selain itu faktor “keberuntungan” juga dilihat
disini.
Buat kalian yang sedang berjuang, apabila kalian
nantinya tidak masuk ke PTN yang kalian inginkan. Kalian tidak perlu menyerah.
Kesuksesan sebenernya datang bukan dari Universitasnya, tapi dari diri sendiri.
Universitas adalah tempat yang membantu kita menjadi sukses, tetapi semuanya
balik lagi di diri kita sendiri. Buat apa kita kuliah di Universitas bergengsi
tapi pada masa kuliahnya kita bermalas-malasan. Walaupun usaha dan doa sudah
kita laksanakan, kita perlu ingat bahwa semua yang ngatur adalah sang pencipta.
Khusunya buat saya mungkin UG adalah Universitas yang tepat untuk saya, sesuai
dengan doa saya selama ini yaitu minta yang terbaik untuk diri saya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar